Halaqah 04 : Hal yang Perlu Diperhatikan oleh Jamā'ah Haji

 🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Jum'at, 24 Dzulqa'dah 1443 H/ 24 Juni 2022 M

👤 Ustadz Abu Rufaydah Lc, M.A

📗 Kitāb Ahadits Asyri Dzulhijjah wa Ayyami Tasyriq

🔊 Halaqah 04 : Hal yang Perlu Diperhatikan oleh Jamā'ah Haji

〰〰〰〰〰〰〰


HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH JAMĀ'AH HAJI

 


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله و الحمد الله وصلاة و السلام على رسول الله  وعلى  آله وأصحابه أجمعين 



Sahabat Bimbingan Islām yang dirahmati Allāh Tabāraka wa Ta'āla. 


Memasuki pembahasan yang keempat dari Kitab Ahadits Asyri Dzilhijjah wa Ayyami Tasyriq yaitu:


فضل الحج وما ينبغي للحاج أن يتصف به


▪︎ Keutamaan Ibadah Haji dan Perkara-perkara yang Harus Dimiliki atau Disifati oleh Orang yang Hendak Melaksanakan Ibadah Haji


Sahabat Bimbingan Islām yang dirahmati Allāh Tabāraka wa Ta'āla. 


Dalam satu hadīts yang sanadnya dari Abu Hurairah radhiyallāhu 'anhu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhāri dan Imam Muslim, bahwasanya ia telah mendengar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:


منْ حجَّ فَلَم يرْفُثْ، وَلَم يفْسُقْ، رجَع من ذنوبه كَيَوم ولَدتْهُ أُمُّهُ


"Siapa yang menunaikan ibadah haji lantas ia tidak berkata seronok dan tidak berbuat kefasikan, maka dia kembali dari ibadah haji itu dengan dosa-dosa yang diampuni, seperti anak yang baru dilahirkan oleh ibundanya."


Dalam riwayat lain Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:


من أَتَى هذا البيتَ فلم يَرفُثْ ، ولم يَفسُقْ رَجَع كما ولَدَتْه أمُّه


"Siapa yang mendatangi rumah ini (Baitillāhi Haram) lantas dia tidak berkata jorok (seronok), tidak berlaku (melaksanakan) perkara-perkara fasik dari kemaksiatan, maka pulang dari ibadah haji itu seperti anak yang baru dilahirkan oleh ibundanya."


(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 1449 dan Muslim nomor 1350)


Teman-teman yang dirahmati oleh Allāh Tabāraka wa Ta'āla. 


Tentunya dalam hadīts ini menunjukkan akan keutamaan beribadah haji dan agung serta besarnya pahala yang didapatkan di sisi Allāh Tabāraka wa Ta'āla. Karena ibadah haji akan menggugurkan dosa-dosa yang selama ini dia lakukan. Sehingga dalam hadīts ini dianalogikan seperti seorang anak yang baru dilahirkan. 


Jika kita lihat dalam hadīts ini, ada dua sifat yang harus kita hindari:


فَلَم يرْفُثْ


⑴ Tidak boleh berkata seronok (jorok).


Kata para ulama, ar rafats (الرّفث) maknanya yaitu:


ذكر الجماع و دواعيه إما إطلاقا و إما في حضرة النساء بالإفضاء إليهن بجماع أو مباشرة لشهوة 


Yang berkaitan dengan masalah hubungan badan atau perkara-perkara yang bisa berdampak kepada perkara-perkara yang menjurus kepada syahwat (berjima).


Adapun sifat kedua yang harus kita hindari adalah: 


ولم يَفسُقْ


⑵ Tidak keluar seseorang yang melaksanakan ibadah haji dari ketaatan kepada Allāh (tidak boleh melaksanakan maksiat, melanggar perkara-perkara yang diharamkan).


Karenanya Allāh Ta'āla berfirman dalam surat Al Baqarah 197:


فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلۡحَجَّ 


"Maka barangsiapa yang telah diwajibkan atasnya menunaikan ibadah haji.


فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي ٱلۡحَجِّۗ


Maka dia tidak boleh berkata seronok, berbuat maksiat kemudian juga berdebat kusir ketika dia sedang melaksanakan ibadah haji."


Teman-teman yang dirahmati Allāh Tabāraka wa Ta'āla. 


Karena ibadah haji adalah diantara syiar-syiar agama Islām, maka hendaknya pelaksanaan haji dipenuhi dengan ibadah-ibadah yang menunjukkan akan ketaatan kepada Allāh Tabāraka wa Ta'āla.


Karena kita mengetahui keutamaan dan fadhilah dari ibadah haji ini maka hendaknya dilaksanakan dengan penuh kekhusyuan. Menyibukkan diri dengan berdzikir kepada Allāh Tabāraka wa Ta'āla serta menjauhi perkara-perkara yang bisa mengurangi bahkan menghilangkan dari keutamaan ibadah haji.


Teman-teman yang dirahmati Allāh Tabāraka wa Ta'āla. 


Kepada orang-orang yang diberikan kemudahan oleh Allāh Tabāraka wa Ta'āla untuk bisa melaksanakan ibadah haji, hendaknya dia berusaha semaksimal mungkin agar menggapai sebab-sebab dari ampunan Allāh Tabāraka wa Ta'āla. Istiqamah dalam ketaatan, menjaga ibadah hajinya. Kemudian menjaga diri dari hal-hal yang bisa mengurangi nilai pahala seperti berkata seronok, berbuat maksiat dan lain sebagainya.


Kemudian juga, teman-teman yang dirahmati Allāh Tabāraka wa Ta'āla. 


Seorang yang melaksanakan ibadah haji hendaknya dia mengetahui terlebih dahulu tentang hukum-hukumnya, syarat dan kewajiban hajinya, bagaimana pelaksanaannya. Sehingga apa yang hendak dia lakukan dibangun di atas pondasi ilmu.


Ketika dia hendak thawaf, dimulai dari mana, sampai mana, apa yang dibaca. Yang berkaitan dengan sa'i kemudian yang berkaitan dengan wuquf di Arafah, keberadaannya di Mudzalifah dan Mina dan seterusnya. Hendaknya ini dilandasi dengan ilmu.


Ketika seorang dilandasi dengan ilmu, maka apa yang dilakukan akan terpenuhi dua syarat diterimanya ibadah: 


⑴ Dilandasi dengan keikhlasan.

⑵ Sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.


Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata;


خذوا عنِّي مناسِكَكم


"Ambillah kalian dariku bagaimana tatacara manasik kalian."


Teman-teman yang dirahmati Allāh Tabāraka wa Ta'āla. 


Sarana-sarana agar kita bisa mengetahui dan mengilmui perkara-perkara yang berkaitan dengan ibadah haji banyak sekali caranya, diantaranya adalah;


⑴ Membaca buku-buku yang berkaitan dengan ibadah haji.

⑵ Mendengarkan ceramah-ceramah dari asatidzah, bagaimana agar bisa melaksanakan haji dengan maksimal.


Kemudian juga, teman-teman yang dirahmati Allāh Tabāraka wa Ta'āla. 


Ada beberapa sebab kenapa ibadah haji ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, diantaranya adalah:


⑴ Kebodohan seseorang tentang masalah ini.


Karena ketika sesuatu dibangun di atas ilmu tentunya dia akan lebih mudah. Sebaliknya, kalau seseorang melaksanakannya dibangun di atas kebodohan maka itu akan menyulitkan. 


⑵ Ketika dia tidak tahu dan tidak bertanya kepada ahlinya.


Padahal syariat memerintahkan kita untuk bertanya kepada ahli ilmu. Minimal di sini dia bertanya kepada pembimbing ibadah haji.


⑶ Dia bertanya hanya saja bukan kepada ahli ilmu.


Bertanya kepada teman rombongannya, bertanya kepada kolega dan lain sebagainya. Tentunya ini akan menyulitkan si pelaksana ibadah haji tersebut.


⑷ Bisa terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan tidak maksimalnya ibadah haji adalah karena taqlid kepada manusia, mengikuti kebanyakan orang di mana orang tersebut tidak dibangun di atas ilmu.


Demikian teman-teman, mudah-mudahan bermanfaat dan semoga Allāh Tabāraka wa Ta'āla senantiasa membimbing, memudahkan segala urusan kita. Memudahkan kita untuk melakukan ketaatan, dijauhkan dari segala hal yang menjurus kepada kemaksiatan dan dosa.


Semoga Allāh memudahkan kita untuk beribadah ke tanah Suci (masjid Haram dan masjid Nabawi).



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 



________

Komentar